Cinta Bukanlah Sebuah Persyaratan Dan Bukan Pula Sebuah Ke Egoisan

Ketika rasa itu pergi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Ketika rasa itu pergi, aku tak mungkin menyalahkan keadaan. Ketika rasa itu pergi, menjauh pun aku merasa bersalah. Ketika rasa itu pergi, aku terdiam dan terbelenggu oleh kenangan.

Bagaimana rasa itu bisa pergi tanpa kata? Bagaimana rasa itu bisa menutupi jarak dari sebuah pandangan ?
Bagaimana rasa itu menyelimuti hati dengan tabir kepalsuan?
Bagaimana rasa itu tak lagi mengindahkan arti peduli ?

Mungkin kecewa yang mengurung dan membelenggu nurani
Ohh tuhan apa yang harus ku lakukan ?
Ohh tuhan apa yang harus ku perbuat ?
Ada segores luka tapi tak membekas
Ada rasa perih tapi tak nampak
Ketulusan menjadi tabu berubah menjadi benci
Menyimpan kepedihan membenamkan angan dan khayalan

Jika lidah dapat berucap lain kemudian mendustakan kata hati
Jika manisnya senyum mampu menipu mata hati
Jika gerak menjadi diam, jika keramaian serasa sepi. 
Mengapa harus membohongi diri ?
Mengapa lidah, mengapa senyuman, mengapa sikap mampu melawan hati kemudian membohonginya ?
Tidak kah otak selalu mengikuti tentang rasa yang tersimpan oleh hati ? Tiada kata yang dapat terucap disaat begini.

Mungkin itulah petikan bait-bait syair yang mengungkapkan sebuah perasaan seseorang apabila sedang dilanda kebimbangan atau kekecewaan yang disebabkan karena cinta.  
Jika seseorang telah merasakan kecewa karena sebuah penghianatan cinta, orang tersebut dapat menjelma bagaikan sang penyair yang melantunkan tiap-tiap bait dengan penuh rasa kesedihan agar penghuni alam ini beserta isinya dapat mendengarkan nada-nada pilunya.

Cinta memang tidak mengenal batasan maupun usia, cinta itu ibarat lambang dari setiap diri seseorang, karena cinta mampu membuat orang yang lemah menjadi seorang yang kuat dan kesatria, dan karena cinta jualah yang dapat menjadikan para orang-orang yang kuat dan tangguh bisa menjadi lemah dan tidak berdaya.

Dalam sebuah hubungan, cinta dan kasih sayang itu bagaikan satu bongkahan batu karang yang kokoh dari kuatnya hantaman deburan ombak, bagaikan malam yang bertemankan rembulan dan bintang-bintang, sebuah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila dari salah satu sang pencinta telah pergi, namun perasaan sayang mereka tetap tersimpan dihati dan benak mereka.

Jika ada dua hati yang saling mencintai dan menyayangi, kemudian salah satu dari mereka memberikan sebuah pertanyaan:“apakah kamu akan selalu bisa membahagiakan aku dan selalu membuat aku tersenyum bahkan tertawa ?”,hal itu bukanlah lagi perkataan dari sebuah cinta, karena cinta tidak memberikan sebuah persyaratan melainkan sebuah perjuangan yang dilalui bersama-sama didalam suka maupun duka. 

Comments

All My Post